Belajar Tidak Hanya Berhenti di Sekolah

Allah mengangkat derajat suatu kaum karena ilmu.

Yang jadi pertanyaan adalah: Apakah ilmu itu diukur dari rentetan gelar yang tersemat di belakang sebuah nama?

Atau dihitung dari berapa lama seseorang menghabiskan waktunya di sekolah, kampus dan lembaga pembelajaran lainnya?

Atau mungkin didasarkan pada kemampuan seseorang dalam menghapal, menghitung dan hal-hal lain berkenaan dengan itu?

Saya pikir tidak, karena ilmu yang dimaksud itu tak selalu ilmu yang dipelajari di institusi pendidikan.

Tapi bisa dari kajian, bisa dari hasil belajar pada pengalaman orang lain atau belajar dari jalan kehidupan.

Ilmu tak sama dengan harta.

Ilmu tak akan habis walau dibagi -justru semakin bertambah-, tapi harta yang dibagi-bagi akan habis.

Ilmu yang disimpan justru akan memudar, harta disimpan akan tetap.

Ilmu tak bisa dicuri, harta bisa dicuri.

Ilmu menyelamatkan kita, harta menjerumuskan dan membahayakan kita.

Oleh karenanya, marilah kita bersemangat dalam belajar, karena belajar itu berawal saat masih di buaian hingga liang lahat.

Belajar tak cuma berhenti di sekolah, tapi terus menerus sampai ajal menjemput.


[sucipto kuncoro - ciledug, tangerang, banten - 24111434/30092013 - 05:50]

2 komentar untuk "Belajar Tidak Hanya Berhenti di Sekolah"

  1. Belajar di sekolah berisi membaca, menghapal dan menghitung.

    Begitu pun belajar di alam kehidupan. Membaca keadaan, membaca pengalaman, menghitung kondisi, menghitung keputusan, menghapal masa lalu, menghapal hikmah-hikmah.

    BalasHapus
  2. Belajar tak harus di bangku sekolah,, di bangku sekolah kita di batasi, di luar sana kita bisa belajar banyak hal yang lebih bermanfaat.. :D

    BalasHapus