Peserta BPJS Sabarlah Mengantre!

Sebagai peserta mandiri BPJS Kesehatan, bintang film Ria Irawan mengaku sangat terbantu dengan biaya pengobatan penyakit yang dideritanya setelah divonis mengidap miom dan kanker kelenjar getah bening stadium tiga.

Untuk biaya operasi dan kemoterapi, Ria tidak perlu lagi mengeluarkan biaya tambahan. "Sebagai peserta BPJS Kesehatan, kewajiban saya hanya membayar iuran setiap bulan. Biaya pengobatan sudah tidak ada tambahan lagi, semuanya sudah ditanggung," kata Ria Irawan dalam wawancara dengan Beritasatu.com di Jakarta, baru-baru ini.

Ia bahkan pernah menghitung berapa biaya yang seharusnya dikeluarkan setiap kali menjalani kemoterapi di Rumah Sakit Fatmawati, Jakarta. "Satu kali kemoterapi itu bisa sampai Rp 38 juta. Saya harus menjalani enam kali kemoterapi, tapi karena menjadi peserta BPJS Kesehatan, saya hanya bayar nol rupiah," ujarnya.

Meski demikian, Ria mengakui bahwa untuk mendapatkan pelayanan kesehatan, ia seringkali harus mengantre, bahkan hingga berjam-jam. Bagi Ria, itu bukan masalah karena ia sudah mendapatkan pelayanan kesehatan tanpa biaya tambahan. Ia juga mengingatkan peserta BPJS lainnya untuk sabar mengantre.

"Saya perhatikan, akhir-akhir ini banyak orang Indonesia yang kurang empati dan lebih mementingkan diri sendiri. Antrean yang lama seringkali dibesar-besarkan dan dijadikan status di media sosial, seolah-olah dunia akan runtuh. Padahal, kita sudah sangat terbantu dengan BPJS. Saya merasa negara hadir ketika saya sakit," kata Ria.

Peserta BPJS Sabarlah Mengantre via Sehat_Negeriku

Tanggapan:

Memang, setiap kasus itu punya cerita yang berbeda. Biasanya, pasien dengan penyakit kronis lebih rela mengantre lama—berjam-jam, berhari-hari, bahkan berbulan-bulan—karena JKN/BPJS adalah satu-satunya cara untuk mendapatkan pengobatan saat tidak memiliki biaya. Namun, bagi peserta yang hanya memiliki masalah kesehatan ringan, yang mungkin belum memahami alur dan prosedur, sering kali lebih banyak mengeluh. Kenapa? Karena mereka punya mindset "sakit ya langsung ke rumah sakit". Akibatnya, mereka antre lama di rumah sakit yang salah, bingung dengan rujukan, dan sering kecewa dengan pelayanan.

Padahal, jika kita melihat fakta, hampir separuh warga negara Indonesia sudah menjadi peserta BPJS Kesehatan dan jumlahnya terus bertambah. Namun, rumah sakit yang bekerja sama dengan BPJS masih terbatas. Banyak rumah sakit swasta yang belum mau bekerjasama, dan rumah sakit milik pemerintah di satu kota hanya ada satu RSUD. Jadi, antrean lama dan kewajiban memakai surat rujukan seharusnya sudah bisa dimaklumi. Ini juga menjadi pekerjaan rumah (PR) bagi pemerintah untuk memperbaiki regulasi JKN/BPJS agar lebih banyak penyedia layanan kesehatan yang tertarik untuk berkolaborasi dengan BPJS Kesehatan.

PasienSehat
PasienSehat Hai, saya pasien biasa yang suka nulis blog buat berbagi dan belajar bareng. Lewat tulisan ini, saya berharap kita bisa saling mendukung, bertukar ide, dan tumbuh bersama.

2 komentar untuk "Peserta BPJS Sabarlah Mengantre!"

  1. saya prihatin kenyataan dilapangan bahwa peserta bpjs tidak dilayani dengan baik, terutama di kota jabotabek, mereka menganggap tidak ada uangnya, rumah sakit sekarang pada komersil semua. bahkan kemarin teman saya anaknya meninggal karena pelayanannyya yang tidak bagus

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kami turut berduka cita pak. Di era BPJS RS selalu full, karenanya terjadi penurunan kualitas layanan.

      Hapus

Silakan komen, tapi nanti kita moderasi dulu, ya!