Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Melawan Kebohongan Industri Rokok

Sekjen Koalisi Rakyat Bersatu, Heri Chaeriansyah menuding pelaku industri rokok di Indonesia menyebarkan kebohongan kepada masyarakat melalui pencitraan usahanya melakukan perlindungan petani tembakau dan menyumbang pendapatan besar kepada negara.

Menurut Heri, pendapat yang dilontarkan perusahaan rokok bahwa mereka melindungi petani tembakau merupakan kebohongan.

Saat ini, jelas Heri, perusahaan tembakau mengimpor 60 persen untuk kebutuhan produksinya.
"Dari data Badan Pusat Statistik jumlah impor tembakau yang mematikan petani meningkat dari tahun 2011," kata Heri Chaeriansyah pada konferensi pers bertajuk "Melawan Kebohongan Industri Rokok" di Kemang, Jakarta, Kamis (8/10/2015).

Selain itu, jumlah data petani yang disebutkan Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) berjumlah dua juta orang, berbeda dengan data dari Kementerian Pertanian yang menyebutkan jumlah petani tembakau hanya 533.411 orang.

"Jumlah itu juga semakin berkurang karena perusahaan rokok melakukan modernisasi, sehingga produksi menggunakan mesin," katanya.

Cukai rokok yang disebut perusahaan rokok berkontribusi pada pendapatan negara, menurut Sekjen organisasi masyarakat anti rokok ini, merupakan pendapat yang keliru.

"Cukai itu yang bayar bukan perusahaan rokok, tapi perokok. Di Indonesia perokok itu sebagiannya orang miskin," kata Heri.

Heri juga membantah pendapat yang menyebutkan gerakan melawan industri rokok dibiayai oleh pihak asing untuk mematikan industri dalam negeri.

"Perusahaan rokok di Indonesia itu hampir semuanya dikuasai asing, seperti Sampoerna yang dimiliki Philip Morris, jadi hasil keuntungan penjualan itu masuk ke kantong asing," kata Heri.

Arsip Medis: Tribunnews.com

------
Rekam jejak industri rokok berbohong sudah jelas. Dibawah sumpah mereka berkali-kali berbohong. Mereka menyebutkan rokok tidak memiliki dampak kesehatan yang berbahaya saat penelitian internal mereka sendiri menemukan rokok dapat mengakibatkan timbulnya kanker paru, mulut, pharynx, serangan jantung, dsb.

Mereka juga berbohong dan mengatakan rokok tidak memiliki sifat adiktif saat penelitian internal mereka menemukan nikotin sangat adiktif. Memo internal mereka bahkan menginstruksikan agar kandungan nikotin terus ditingkatkan sehingga para perokok kecanduan seumur hidupnya. Memo internal lainnya menyebutkan cara terbaik untuk meningkatkan penjualan adalah dengan menjual rokok ke anak-anak.

Kini perusahaan rokok yang sama itu sudah bercokol di Indonesia. Dengan mudah mereka mengeruk keuntungan yang luar biasa besar dari kecanduan dan sakitnya anak-anak Bangsa...

Perokok, jangan mau anda kembali dijajah dan dimanfaatkan mereka. Pemerintah bangun dong, pahami masalah dan lindungi rakyatnya.

KENYATAAN 1:
  • Sampoerna dikuasai Philip Morris (Amerika Serikat)
  • Bentoel dikuasai BAT (Inggris)
  • Gudang Garam dikuasai Imperial Tobacco (Inggris)
  • Djarum dikuasai oleh Japan Tobacco Internasional (Jepang)
  • Wismilak dikuasai oleh Japan Tobacco Internasional (Jepang)

KENYATAAN 2:
  • Impor tembakau Cina sudah mencapai 50% dari total produksi tembakau
  • Filter rokok sebagian besar masih impor
  • Produksi tembakau petani lokal menurun akibat dihargai rendah
  • Buruh linting di-PHK diganti mesin linting impor Jerman
  • Buruh diberi upah murah tanpa hak yang memadai
  • Cukai bukan bagian dari biaya produksi dan dibayar oleh perokok

KESIMPULAN:
  • Merokok sama sekali bukan wujud nasionalisme
  • Merokok menguras devisa akibat tingginya kandungan bahan baku impor.
  • Deviden yang dihasilkan menjadi keuntungan bagi pemilik saham mayoritas asing
  • Merokok adalah perpanjangan dari bentuk eksploitasi kapitalisme paling buruk terhadap manusia (petani dan buruh/pekerja)
‪#‎TolakRUUPertembakauan‬ ‪#‎TolakAyatKretek‬ ‪#‎NaikkanCukaiRokok‬

[disadur dari kiriman FB dr Erta Priadi Wirawijaya]

1 komentar untuk "Melawan Kebohongan Industri Rokok"

  1. banyak sekali kebohongannya ya. kalo begitu rokok hilangkan aja. para peroko ganti dengan yang lainnya seperti permen

    BalasHapus
close