Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Apa Itu Osteoporosis: Penyebab, Gejala dan Pengobatannya

Osteoporosis adalah penyakit pada tulang yang terjadi saat kepadatan tulang menghilang lebih cepat daripada tulang yang bisa tumbuh/dihasilkan. Akibatnya, tulang menjadi kehilangan kepadatan pada inti, dan ketebalannya pada permukaan. Hal ini meningkatkan risiko terjadinya patah, remuk, pecah, keropos, pada tulang.

Secara bahasa, osteoporosis berarti lubang di dalam tulang. Menurut WHO (1994), osteoporosis adalah penyakit tulang sistemik yang ditandai dengan penurunan kualitas dan kepadatan massa tulang, sehingga menyebabkan tulang menjadi rapuh dan risiko patah tulang.

Osteoporosis sering menyerang wanita paska menopause dan juga pada pria usia lanjut dengan penyebab yang belum diketahui.

sumber ilustrasi

Faktor Risiko Osteoporosis

  • Wanita (wanita punya risiko terjadi osteoporosis lebih tinggi dari laki-laki)
  • Usia lanjut (di atas 50 tahun)
  • Riwayat keluarga yang terkena osteoporosis
  • Jarang bergerak
  • Bentuk tubuh kurus
  • Diet rendah kalsium
  • Defisiensi vitamin D
  • Menopause di usia muda
  • Merokok
  • Sering mengkonsumsi alkohol
  • Efek samping pengobatan, seperti obat golongan steroid (glukokortikoid), obat anti kejang, obat tidur, hormon untuk pengobatan endometriosis, dan beberapa obat kanker.
  • Ras -kaukasus dan aisa memiliki risiko lebih tinggi mengembangkan osteporosis

Pencegahan dan Pengobatan Osteoporosis

  • Strategi untuk mengurangi pengembangan osteoporosis, termasuk:
  • Diet sehat dan kebiasaan berolahraga. Bisa membuat tulang kuat sejak usia muda yang akan memuaskan efeknya saat massa tulang mulai berkurang di usia 30-an.
  • Cukupi kebutuhan kalsium harian dengan makanan yang kaya dengan kalsium.
  • Latihan beban secara teratur bisa memperkuat tulang.
  • Tidak merokok
  • Tidak mengkonsumsi alkohol.
  • Konsultasikan ke dokter untuk mengetahui kepadatan tulang anda.
Terapi dengan obat-obatan bisa digunakan untuk mencegah dan mengobati osteoporosis. Obat-obatan berikut ini bisa mempertahankan atau meningkatkan massa tulang dan menjaga kualitas tulang sehingga mengurangi terjadinya kepatahan tulang.
  • Terapi Penggantian Estrogen (Estrogen Replacement Therapy/ERT)[*]
  • Terapi Penggantian Hormon (Hormone Replacement Therapy/HRT)[*]
  • Obat Golongan Bisphosphonates
  • Selective Estrogen Receptor Modulators (SERMs)
Metode lainnya yang bisa dilakukan untuk mencegah dan mengobati osteoporosis masih dalam tahap penelitian. Konsultasikan ke dokter untuk mendapatkan penanganan yang paling tepat.

[*] Karena efek samping dari obat ini bisa berbahaya, penggunaan jangka panjang untuk terapi osteoporosis betul-betul perlu dipertimbangkan.

Berapa Kebutuhan Kalsium Yang Saya Butuhkan?

Untuk pertumbuhan tulang yang normal, bayi membutuhkan sekitar 120 mg kalsium per hari. Namun, proporsi kalsium yang diserap dari ASI sang ibu hanya sekitar 55% sampai 60%. Oleh karena itu, diperkirakan asupan kalsium harian yang direkomendasikan untuk bayi adalah sebagai berikut:
  • ASI bayi usia 0-5 bulan: 300 mg / hari
  • Susu formula bayi usia 0-5 bulan: 400 mg / hari
Anak-anak & remaja
Untuk anak-anak dan remaja, jumlah yang disarankan adalah:
  • Anak-anak berusia 1 sampai 3 tahun: 500 mg / hari
  • Anak-anak berusia 4 sampai 6 tahun: 600 mg / hari
  • Anak-anak berusia 7 sampai 9 tahun: 700 mg / hari
  • Anak laki-laki berusia 10 sampai 18 tahun: 1.000 mg / hari
  • Anak perempuan berusia 10 sampai 18 tahun: 1.000 mg / hari
Orang Dewasa
Untuk orang dewasa, jumlah yang disarankan adalah:
  • Pria berusia 19 sampai 65 tahun: 800 mg / hari
  • Pria berusia lebih dari 65 tahun: 1.000 mg / hari
  • Wanita berusia 19 sampai 50 tahun: 800 mg / hari
  • Wanita berusia lebih dari 50 tahun: 1.000 mg / hari
Ibu hamil dan menyusui
Untuk ibu hamil dan menyusui, jumlah asupan kalsium yang disarankan adalah: 1.000 mg / hari.

Bagaimana Saya Tahu Jika Saya Kehilangan Kepadatan Tulang?

Kepadatan tulang (bone density) adalah istilah yang menggambarkan berapa padat tulang anda. Untuk menentukan kepadatan tulang dan risiko patah dari osteoporosis, anda harus melakukan sebuah test yang bernama Bone Mineral Density (BMD). Pada umumnya, jika angka kepadatan tulang lebih rendah, maka risiko patahnya tulang akan lebih tinggi.

Ada beberapa mesin khusus yang bisa digunakan untuk mengukur kepadatan tulang. Semuanya tanpa sakit, non invasif, dan aman. Di beberapa tempat pemeriksaan, anda diharuskan mengganti pakaian dengan pakaian khusus.

Tanyakan pada dokter tentang pemeriksaan kepadatan tulang jika anda merasa berisiko terkena osteoporosis, terlebih jika anda wanita yang sudah menopause, atau jika anda pria dan wanita di atas usia 65 tahun.

Berapa angka T-score anda?
Di atas -1,0 - Artinya massa tulang anda normal.
-1,0 - Artinya massa tulang anda 10% di bawah normal.
-1,5 - Artunya massa tulang anda 15% di bawah normal.
-2,0 - Artinya massa tulang anda 20% di bawah normal.
-2,5 atau kurang - Anda dianggap osteoporosis.

Angka Bone Mineral Density (BMD) anda akan dibandingkan dengan dua kondisi normal, normal di usia muda/ "young normal" dan sesuai usia anda/ "age-matched". Angka T-score membandingkan kepadatan tulang anda sekarang (BMD) dengan kepadatan tulang pada puncak orang sehat di usia 30 tahun. Risiko kepatahan tulang akan meningkat saat BMD anda jatuh di bawah tingkat "young normal".

Dampak dan Gejala Osteoporosis

Osteoporosis sering disebut dengan penyakit sunyi karena tidak menimbulkan gejala kecuali fraktur/ keretakan/ patah tulang telah terjadi. Gejala osteoporosis termasuk:
  • Nyeri punggung bagian bawah.
  • Kehilangan tinggi badan sepanjang waktu disertai badan membungkuk.
  • Patah tulang terjadi saat terjatuh atau kecelakaan yang tidak serius.
Perbandingan Tulang Normal Dan Tulang Osteoporosis


Inilah yang terjadi di dalam inti tulang dari orang normal dan orang dengan osteoporosis.

Bagian Tulang Yang Paling Sering Terkena Osteoporosis


Fraktur /keretakan/ patah sering terjadi pada tulang belakang akibat kelemahan tulang belakang menahan beban badan. Hal ini bisa terjadi tanpa trauma (rasa sakit). Bungkuk bisa terjadi karena kolapsnya tulang belakang yang terluka.

Badan Bungkuk Pada Osteoporosis


Osteoporosis melemahkan tulang, yang bisa menuju pada fraktur tulang belakang. Fraktur pada tulang belakang menyebabkan hilangnya tinggi badan dan kyphosis (bungkuk). Kolapsnya tulang belakang mungkin akan menimbulkan rasa sakit, namun sebagian besar terjadi tanpa gejala. Setiap orang mungkin hanya akan sadar dengan pembungkukan dan hilangnya tinggi badan.

[informasi ini diperoleh dari infografik berbahasa inggris berjudul "understanding osteoporosis chart" - a health blog. dengan penambahan dari berbagai sumber]

12 komentar untuk "Apa Itu Osteoporosis: Penyebab, Gejala dan Pengobatannya"

  1. pencegahan sejak dini paling penting ya..kalo tulang rapuh tentu sangat beresiko

    makasih mas, wawasannya osteoporisnya sangat lengkap

    BalasHapus
  2. Mas, kalau dengkul kaki itu sering berbunyi itu apa salah satu ciri-ciri tulang keropos hehehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mas Ridha kurang olahraga tuhhh.... hehehehehehe

      Hapus
    2. ada banyak faktor penyebab sendi bunyi, kalau mau tau silahkan periksa ke dokter orthopedi

      Hapus
    3. Saya sering olahraga Pak. Olahraga jari, mengetik di atas keyboard. heheheh

      Hapus
  3. Minum susu tulang juga bisa mencegah osteoporosis.. benarkah itu mas?

    BalasHapus
    Balasan
    1. diet kaya akan kalsium dan vitamin D sangat penting bagi kesehatan tulang dan dipercaya dapat mengurangi risiko osteoporosis. terserah pemenuhan kebutuhannya dari mana.

      namun lebih baik jika diimbangi dengan berolahraga

      Hapus
  4. apa faktor hamil ya jadi bawaan sedikit bungkuk, berarti kita harus minta maaf kepada ibu kita?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Tidak ada faktor risiko kehamilan pada osteoporosis.

      Osteoporosis pada wanita sering terjadi paska menopause, terjadi karena kekurangan estrogen (hormon utama pada wanita), yang membantu mengatur pengangkutan kalsium ke dalam tulang pada wanita. Biasanya gejala timbul pada wanita yang berusia di antara 51-75 tahun. Tidak semua wanita memiliki risiko yang sama.

      Hapus
  5. Kaum hawa di ats usia 30 yg emang rentang dan berisiko

    BalasHapus
  6. Pak, maaf baru bisa berkunjung.
    Blognya bagus banget. Terimakasih infonya :)

    BalasHapus
close