Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Perbedaan Obat Generik, Paten Dan Bermerek

Obat generik selalu dilabeli sebagai obat murahan untuk masyarakat tidak mampu yang khasiatnya diragukan. Padahal obat generik memiliki khasiat yang tak kalah dengan obat bermerek, karena dari sisi zat aktifnya, obat generik sama dengan obat bermerek. Yang berbeda hanya model kemasan.

Obat paten bukan obat yang paling mujarab, tapi obat yang memiliki hak paten. Setelah masa paten habis, industri lain akan membuat obat copy-nya obat paten, obat inilah yang dinamakan obat generik. Lantas apa bedanya obat paten, generik, dan obat bermerek?

Sebelum membandingkan kesamaan khasiat obat generik vs obat paten, mari kita simak pengertian obat paten, obat generik, dan obat bermerek terlebih dahulu.


Pengertian Obat Paten, Obat Generik, Dan Obat Bermerek

Pengertian Obat Paten
Obat paten adalah hak paten yang diberikan kepada industri farmasi pada obat baru yang baru ditemukan berdasarkan riset Industri farmasi tersebut dan diberi hak paten untuk memproduksi dan memasarkannya, setelah melalui berbagai tahapan uji klinis sesuai aturan yang telah ditetapkan secara internasional. Obat yang telah diberi hak paten tersebut tidak boleh diproduksi dan dipasarkan dengan nama generik oleh industri farmasi lain tanpa izin pemilik hak paten selama masih dalam masa hak paten. Masa hak paten umumnya adalah 20 tahun sesuai UU nomor 14 tahun 2001 pasal 8 tentang paten, dan tidak dapat diperpanjang.

Contoh gampang adalah amoksisilin. Antibiotik ini ditemukan tahun 1972 oleh Beecham, perusahaan farmasi Inggris yang sekarang menjadi GlaxoSmithKline. Beecham memberi nama dagang obat ini Amoxil®. Amoxil® inilah yang dalam ilmu farmasi disebut sebagai obat paten (atau disebut juga inovator, originator, atau pioner). Selama sepuluh tahun, Beecham menangguk keuntungan dari monopoli penjualan amoksisilin di seluruh dunia.

Baru ketika masa patennya kedaluwarsa di tahun 1982, perusahaan-perusahaan farmasi lainnya berlomba-lomba membuat versi generiknya. Dalam terminologi ilmu farmasi, semua produk yang mengandung amoksisilin selain Amoxil® dianggap sebagai obat generik. Jadi, yang namanya obat paten sebetulnya hanya satu merek, yaitu Amoxil® saja. Semua produk amoksisilin selain Amoxil® adalah obat generik (biasa disebut juga me-too product).

Pengertian Obat Generik
Obat generik adalah nama obat yang sama dengan zat aktif berkhasiat yang dikandungnya, sesuai nama resmi International Non Propietary Names yang telah di tetapkan dalam Farmakope Indonesia. Contohnya: Parasetamol, Antalgin, Asam Mefenamat, Amoksisilin, Cefadroxyl, Loratadine, Ketoconazole, Acyclovir, dan lain-lain. Obat-obat tersebut sama persis antara nama yang tertera di kemasan dengan kandungan zat aktifnya. Obat jenis ini biasanya dibuat setelah masa hak paten dari suatu obat telah berakhir dan menggunakan nama dagang sesuai dengan nama asli zat kimia yang dikandungnya.

Karena pemerintah mengeluarkan kebijakan tentang Obat Generik Berlogo (OGB). OGB inilah yang biasa kita sebut sehari-hari sebagai obat generik—tanpa embel-embel. OGB dikenali dengan logo lingkaran hijau bergaris putih.

Pengertian Obat Generik Bermerek
Obat generik bermerek adalah obat generik tertentu yang diberi nama atau merek dagang sesuai kehendak produsen obat. Biasanya salah satu suku katanya mencerminkan nama produsennya. Contoh: natrium diklofenak (nama generik). Di pasaran memiliki berbagai nama merek dagang, misalnya: Voltaren, Voltadex, Klotaren, Voren, Divoltar, dan lain-lain. Contoh lain: Amoxycillin (nama generik) + Sanbe (perusahaan) = Amoxsan (nama obat bermerek).

Obat bermerek inilah yang banyak orang salah kaprah dengan menganggapnya dengan obat paten, padahal obat bermerek sebenarnya adalah obat generik yang diberi merek dagang oleh masing-masing produsen obat. Dan jelas pula bahwa pengertian paten adalah hak paten, bukan ampuh hanya karena mahal dan kemasannya menarik.

Perbandingan Obat Generik dan Obat Bermerek

Di internet kita masih bisa menemukan studi lama yang membandingkan bioekivalensi obat generik vs obat paten melalui uji disolusi, yang menyimpulkan bahwa obat generik tidak sama kualitasnya dengan obat paten meskipun sama-sama masuk standar industri farmasi. Benarkah pernyataan ini?

Pertama, satu jenis obat saja tidak bisa menyamaratakan kualitas seluruh obat generik di pasaran. Lagipula setiap obat generik yang beredar pasti sudah lulus uji bioavailabilitas dan bioekivalen (BA-BE) sesuai standar. Kebijakan ini sudah diberlakukan sejak 2005, memang tidak bisa seketika kala itu, tapi sekarang seharusnya kualitas obat generik sudah semakin baik.

Kedua, karena bahan tambahan setiap obat kemungkinan berbeda, hal ini dapat menyebabkan perbedaan kadar zat aktif terlarut pada produk obat yang sama. Ini bukan hanya antara obat generik dan merek dagang saja, antara obat merek dagang juga kualitasnya tidak mungkin sama, tapi jika sama-sama masuk standar industri farmasi, ini bukan perbedaan bermakna. Silahkan lihat grafik di bawah ini.

Winda, 2010. Perbedaan disolusi obat generik dan bermerek
Winda. Perbandingan mutu tablet metronidazol generik dengan merek dagang secara in vitro. Medan: Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara, 2010.

Download: http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/14322

Pada dasarnya, tidak ada perbedaan mengenai proses pembuatan dan registrasi obat generik dan obat bermerek. Bahkan, mutu, khasiat, manfaat, dan standar keamanannya pun sama. Perbedaannya adalah obat bermerek dipromosikan oleh produsennya, sehingga harganya jauh lebih mahal. Sementara obat generik hanya menjual zat aktifnya dan ditentukan pemerintah, jadi harganya lebih murah.

Perbedaan harga obat generik dan obat bermerek terbilang cukup jauh, selisihnya bisa mencapai 50 hingga 200 persen. Sayangnya, masih ada sebagian masyarakat yang belum menyadari dan memahami hal tersebut. Bahkan justru menganggap bahwa obat generik tidak semanjur obat bermerek dalam mengatasi penyakit. Ada juga yang menilai jika obat bermerek jauh lebih cepat menyembuhkan penyakit dibandingkan obat generik.

Obat generik bisa lebih murah karena proses produksinya tidak menyertakan biaya promosi dan pemasaran. Sedangkan obat bermerek, 80% pengeluarannya untuk promosi, padalah semuanya sama, baik mutu, khasiat, manfaat dan standar keamanannya.

Contoh perbandingan harga: obat generik (OGB) krim anti jamur miconazole nitrate 2% berat 5 gram harganya sekitar dua ribu rupiah, obat bermerek -tak usah sebut merek ya- dengan kandungan miconazole nitrate 2% berat 5 gram harganya di atas 20 ribu rupiah.

Demikian perbedaan obat generik, paten, dan bermerek. Semoga bermanfaat.
Sumber bacaan:
https://cakmoki86.wordpress.com/2010/09/23/antara-obat-generik-dan-obat-paten/
http://bukuobat.blogspot.com/2013/03/rebranding-obat-generik.html
http://www.kaskus.co.id/thread/537da732fcca17b873000007/info-baru-pencitraan-buruk-obat-generik-makin-masif/
Update 15 Juli 2015: penambahan grafik perbedaan disolusi obat metronidazol generik dan merek dagang

33 komentar untuk "Perbedaan Obat Generik, Paten Dan Bermerek"

  1. nah ini penting neh, kadang salah persepsi jenis mengenai obat tersebut

    BalasHapus
  2. Harus pintar juga iya dalam memilih obat mana yang berbahaya dan mana yang aman untuk di konsumsi :)

    BalasHapus
  3. Berati sama saja kayaknya dua jenis obat ini. Kita hanya berpatokan kandungan yang ada di dalam Obat. Bukan pada mereknya.

    BalasHapus
  4. entah benar atau tidak biasa kalau obat generik sembuhnya lama bahkan ndak sembuh2, kata orang kalau obat generik terlalu banyak terigunya, hehehe itu sih kata orang, tapi semua tergantung orang dan harus sesuai dengan resep dokter, kalau dokter kasih resep obat generik itu karena sudah sesuai dengan penilaian dokter, dan alasan lainnya

    BalasHapus
    Balasan
    1. tidak bisa disimpulkan berdasarkan pengalaman satu atau dua orang. obat OGB dan obat bermerek sejenis, sama saja kandungan zat aktifnya. ngawur kalo ada terigunya

      ada sebuah ilustrasi begini:

      pasien minum obat OGB di hari pertama dan kedua tapi gejala sakitnya tidak berkurang, lalu ia minum obat bermerek di hari ketiga dan keempat, dan gejala sakitnya berkurang. ia merasa sembuh lalu menyimpulkan bahwa obat OGB tidak ampuh dan obat bermerek ampuh.

      secara metodologis, kesimpulan seperti ini mungkin saja tidak tepat. sebab, kita tidak tahu, mungkin saja proses pengobatan sudah dimulai di hari pertama atau kedua saat ia minum obat OGB. lalu progres itu mencapai puncaknya di hari ketiga dan keempat ketika ia minum obat bermerek.

      kesimpulan yang paling tepat adalah bahwa kita tidak bisa membuat kesimpulan karena kita tidak tahu apa yang sebetulnya terjadi di dalam tubuh. kita hanya bisa menduga-duga.

      Hapus
    2. tapi pada faktanya mas, kandungan zat aktif pada obat generik lebih sedikit dibanding obat paten bermerk. meski pada kemasannya sama-sama tertulis 500mg. bener kata mas Sucipto, medicine is a big business

      Hapus
    3. obat generik (OGB) yang beredar pasti sudah lulus uji bioavailabilitas dan bioekivalen (BABE) sesuai standar

      Hapus
  5. Pak, bener banget.
    Pak, herannya banyak banget obat yg beredar di Indonesia, ya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehehe iya Pak, big banget.
      Sy pernah kerja di RS pemerintah kdg bingung dgn keadaan ini.
      Ya itu td, big business :)

      Hapus
  6. terima kasih mas penjabarannya.. nambah ilmu...

    BalasHapus
  7. Baru tau, hak paten obat ada masa berlakunya.
    Kayaknya obat paten belum tentu 'lebih menyembuhkan' daripada obat generik. Tergantung kondisi pasien. Tergantung apa, saya juga kurang paham. Hehe.

    BalasHapus
    Balasan
    1. obat paten gak punya saingan mas
      kalau ada obat baru dari hasil penelitian dan dipatenkan, otomatis tidak boleh ada industri lain yang menirukan obat tersebut
      kalau masa paten habis baru boleh dibuat obat kembarannya, yang disebut obat generik, generik dibagi 2: obat generik berlogo (OGB) & obat generik bermerek (obat bermerek)

      Hapus
  8. iya gan...beberapa orang menganggap obat generik itu tidak paten dan rendah mutunya...padahal sama aja kandungan dan khasiat yang dikandung obat generik tersebut....satu hal lagi...pernah salah satu keluarga meminta obat bukan generik yang paten...lalu dokter bilang, tidak ada obat yang paten dan pasti menyembuhkan...yang ada obat biasa dengan kandungan tertentu yang bisa cocok dengan keadaan si pasien danitu banyak faktor untuk cepat menyembuhkan....namun hanya kebetulan saja obat yang kadang diperlukan untuk lebih cepat menyembuhkan itu biasanya tidak termasuk dalam daftar obat generik...itu saja gan....gimana menurut anda?

    BalasHapus
    Balasan
    1. paten itu artinya bukan pasti sembuh. tapi memiliki hak paten.
      masalah obat generik (OGB), obat ini nampaknya masih belum lengkap, maksudnya baru diproduksi untuk penyakit-penyakit yang sering diderita masyarakat saja
      faktanya memang jauh lebih banyak obat bermerek yang beredar di pasaran daripada obat generik (OGB)

      masalah memilih obat, kita serahkan ke dokter.

      Hapus
  9. Jadi menepis persepsi kalo generik memang bukan merupakan obat murahan :)

    BalasHapus
  10. ow jadi begitu perbedaannya,
    tapi biasanya obat generik itu sama manjurnya dengan obat paten.. Tergantung kondisi si konsumennya juga ya mas..

    BalasHapus
    Balasan
    1. obat paten lebih manjur lah... kan obat paten gak boleh dibuat versi generiknya :(

      Hapus
  11. Terimakasih atas infonya mas, jadi obat generik pun tak kalah manjur dengan obat bermerek ya mas dan belum tentu juga obat merek itu jauh lebih manjur dari obat generik

    BalasHapus
  12. waa.. saya kurang sepakat nih mengenai mutu obat generik dgn obat generik bermerek mas. menurut yang saya pahami, mutu kedua obat tersebut berbeda. sebagai contoh, obat generik yg dikemas di dalam botol, seringkali kita jumpai adanya bagian obat yang terlepas sehingga ada serbuk2 obat di dalam botol. di samping itu, sudah banyak penelitian mengenai perbandingan mutu obat generik berlogo dari pemerintah dgn obat generik bermerek dari industri farmasi (IF).
    di samping zat aktif obat juga mengandung zat tambahan yang digunakan untuk meningkatkan mutu sebuah obat. mutu zat tambahan yg digunakan odalam obat bermerek tentu lebih baik dari obg pemerintah, karena pemerintah memilih obg dengan harga murah dari IF akibatnya IF yang membuat obg harus menekan harga produksi, salah satunya dengan memilih zat tambahan yang murah (asalkan masuk standar saja).

    intinya, memang benar harga ogb jauh lebih murang dari harga obat bermerek. Namun, mutunya berbeda.
    cmiiw :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Karena obat generik harganya ditentukan pemerintah, pabrik farmasi pasti berhemat biaya produksi. Tapi masuk standar kan bukan berarti rendahan bu. Ibarat makan ayam goreng di restoran dengan di warteg, perbedaan harga pasti setinggi langit, tapi ingat, syaratnya, keduanya sama-sama mengikuti standar pengolahan yang sehat. Oleh karena itu, biarkan bukti ilmiah uji bioekivalensi yang berbicara.

      Lihat kebijakannya di sini:
      http://www2.pom.go.id/public/hukum_perundangan/pdf/per_obatujiekivalen.pdf

      Sejak kebijakan ini diterapkan, kualitas obat generik di pasaran sudah semakin baik, memang tidak bisa seketika, tapi dibanding 10 tahun lalu, sekarang sudah semakin baik.

      Selain itu, tidak semua obat generik dikemas dalam botol dan tidak semua obat bermerek dagang dikemas satu per satu. Kebetulan saya pasien Myasthenia Gravis (MG) yang selalu mengkonsumsi obat mahal (10ribu/butir atau 1,2 juta per botol), obat mahal juga ada yang dikemas dalam botol, tidak sedikit yang cacat/pecah-pecah.

      Memang benar, obat bermerek supaya laris biasanya ada tambahan zat untuk mengurangi efek samping yg mungkin timbul atau zat untuk meningkatkan kinerja zat aktifnya sendiri. Atau dibuat supaya lebih mudah di konsumsi.

      Tapi intinya, kalaupun pakai generik, dokter atau apoteker pasti memberi tahu cara konsumsi yang benar, untuk menghindari efek samping atau kerusakan obat. Jadi jangan khawatir.

      Hapus
  13. Wah, bagus nih. Akhirnya ada yang kasih pencerahan saya. Banyak orang-orang desa sini yang sering salah kaprah mengartikannya. Mudah-mudahan bermanfaat.

    BalasHapus
  14. Mohon diskusinya dalam ulasan ilmiah tentang perbedaan sebenarnya obat generik dan paten di http://beranisehat.com/archives/kesamaan-khasiat-obat-generik-dan-bermerek-jujurkah/

    BalasHapus
    Balasan
    1. Salam pak, saya sudah baca linknya.

      Tentang perbedaan disolusi obat, karena bahan tambahan setiap obat kemungkinan berbeda, hal ini dapat menyebabkan perbedaan kadar zat aktif terlarut pada produk obat yang sama. Bukan hanya antara obat generik dan paten, tapi sesama obat bermerek juga bisa berbeda hasilnya. Tapi yang terpenting adalah harus masuk standar farmasi industri.

      Karena masuk standar, saya kira bukan perbedaan yang bermakna. Semoga bisa menjadi pertimbangan: http://www.pasiensehat.com/p/perbedaan-disolusi-obat-generik-dan.html

      Hapus
  15. eh jadi melek perbedaan obat generik, paten sama bermerek.
    ternyata promosi aja ya yang membedakan. brarti g usah memandang sbelah mata lagi dgn obat generik ya.
    yang pasti semua obat sudah lulus uji ya. kalo sampe ga lulus uji mana bisa dipasarkan

    BalasHapus
  16. Saat mau beredar memang ada uji BaBe, tapi setelah beredar, tidak ada kontrol pengujian lagi, sehingga bisa saja BABe sudah berubah. Obat paten, bemerek sama generik yg membedakan adalah bahan baku nya, bisa dr Europa, china atau India, tau sendiri di kedua Negara terakhir yg mermasalah adalah ttg quality controlnya...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Berarti sama setiap produsen yang nakal mungkin saja berbuat begitu, karena obat merek dagang bahan bakunya juga bisa dari kedua negara terakhir itu. Tapi maksud saya, kita tidak bisa menyamaratakan kualitas semua obat yang beredar dari 1 atau 2 produsen yang bermasalah.

      Hapus
    2. Kalo Obat Mee to, pasti principal berfikir ulang untuk utk bahan baku yg gak jelas, tidak semua generik jelek, ada beberapa yg bagus, setauku sih dari NVL, udah ekspor jadi QC nya ketat..

      Hapus
  17. Saya mendapatkan pengetahuan yg lebih jelas mengenai obat generik, obat paten, dan obat generik berlogo.terima kasih

    BalasHapus
  18. oh,,, masa paten sebuah obat ternyata ada kadaluarsanya. Pantesan sekarang semakin banyak produsen obat-obatan

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, masa hak paten kalau sudah berakhir tidak bisa diperpanjang.

      Hapus
  19. Kenapa berobat ke dokter specialis lebih cepat sembuh dibanding dokter di puskesmas?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Belum tentu juga, lain orang lain pengalamannya.

      Hapus
close